Cerpen Sayembara Gajah Putih

Cerpen Sayembara Gajah Putih


Ditulis oleh sansanirawan.com
diadaptasi dari cerita Sunda (Mangle)

Suyudana merasa bingung karena kekasihnya Dewi Banowati, putri kerajaan Mandraka minta persyaratan. Mau dinikahi Kurawa asalkan dalam waktu upacara adat salah satu yang harus dibawa nya adalah gajah putih yang ditunggangi oleh putri yang cantik. Mendengar hal itu dari pihak calon pengantin perempuan, masyarakat Astina sangat merasa kebingungan.

Memang sering mendengar kata gajah putih, tetapi belum pernah melihat gajah putih sejenis itu. “ Raden tidak usah bingung, pasrahkan saja kepada saya!” kata Pandita Dorna. “Emmm…, silakan terserah Rama Guru saja.” Kata Suyudana yang merasa kegirangan. Pandita Dorna akan mengusahakan tidak sendirian melainkan meminta bantuan kepada Arjuna yang merupakan muridnya Pandawa, karena Arjuna tidak pernah menolak ketika diperintah oleh gurunya. Setelah menjalin komunikasi dengan Arjuna, Dorna kemudian menuju desa Amarta.

Setibanya di Desa Amarta, Dorna disambut meriah oleh Pandawa. Tidak panjang lebar, Sang Guru menyampaikan maksud sebenarnya. Karena rasa hormat yang sangat tinggi kepada gurunya, Arjuna menyanggupi untuk mencari gajah putih, walaupun sebagai syarat untuk pernikahan saudaranya tersebut. Namun, sangat menghormati keluarga Pandawa. “Syukurlah kalau kamu menjalankan perintah dengan baik!” kata Pandita Dorna yang sangat dihormati.

Selepas pulang Pandita Dorna dari Amarta ke menuju Desa Astina, Arjuna minta izin dan bertanya kepada lurah Semar, lurah Semar sangat setuju atas perintah yang diberikan oleh sang guru tersebut. Tegasnya sesepuh dari Pandawa tersebut sedia untuk menemani Arjuna untuk mencari gajah putih.

Arjuna pulang ditemani Semar sengaja karena Arjuna tidak tahu keberadaan gajah putih itu. Maksud dari Arjuna minta ditemani Semar supaya dapat petunjuk, walau sebenarnya Semar tidak tahu keberadaan Gajah tersebut. Arjuna dan Semar pun meninggalkan Desa Amarta. Mereka terus mencari keberadaan gajah itu.


Sepanjang perjalanan pencarian, Arjuna tidak pernah putus asa untuk terus bertanya kepada Semar supaya bisa menemukan gajahnya. Setelah beberapa hari mereka sampai saat ini belum berhasil menemukan gajah putih yang dimaksud. Arjuna dan Semar pun bergegas menuju ke suatu Negara Endrapura yang dirajai oleh Prabu Gedongsadasa. Di Negara tersebut, kebetulan ada suatu keramaian yang sedang berlangsung yaitu sedang diadakan sayembara untuk menentukan calon suami dari Ratna Juwaita yang tidak lain anaknya. Kebetulan yang menjadi andalan sang raja adalah Raden Juwitarasa kakak dari Ratna Juwaita seorang putri yang sedang disayembarakan itu.

Alasan sang raja mengadakan sayembara itu karena raja merasa bingung putrinya banyak yang melamar dari lima negara, yang akhirnya memilih sayembara. Barang siapa yang bisa mengalahkan kakak dari putri raja itu yang menunggangi gajah putih itu, itulah yang akan menjadi suaminya.

“Ini merupakan petunjuk, tinggal minta kepada sang raja, kalau bisa dikalahkan silakan,” kata Semar. “Benar, Wa!” balas Arjuna. Dalam aturan sayembara walaupun bisa mengalahkan satria yang dijagokan itu, harus bisa mengalahkan gajah putihnya juga. Dengan persyaratan yang diberikan sang raja, Arjuna berpikir untuk mendaftar untuk mengikuti sayembara itu sebelum jatuh ke tangan orang lain. 
Sayembara adu jagoan menjadi hiburan rakyat, banyak warga dari negara lain yang sengaja untuk menonton ajang  sayembara  untuk memilih kesatria. Ini menjadi ajang pembuktian yang akan melamar Ratna Juwita merupakan orang yang sanggup mengalahkan jagoan Raja Endrapura dan gajahnya. Banyak satria yang berguguran karena ketangguhan Raden Juwitarasa.

“Ayo siapa lagi yang berani mengalahkanku?” kata jagoan sang raja. “Silakan tuan ke depan!” kata Semar dengan senyum penuh kehormatan. Tidak pikir panjang Arjuna menerobos penonton dengan gagah berani menghadapi jagoan anak raja itu. Tidak banyak ucapan yang dikeluarkan Arjuna langsung mengeluarkan senjata begalan pati. Pertarungan pun sangat seru saling balas, sementara belum ada yang terkalahkan, darah pun bercucuran. 

Jagoan raja menunggangi gajah putih bukan orang sembarangan. Sesekali Arjuna terkapar, tapi belum ketahuan siapa yang jadi pemenangnya. Setelah lama pertempuran berlangsung dengan sengit akhirnya anak sang jagoan raja tersungkur, dan mengakui kehebatan Arjuna.

Raden Juwitarasa tidak berdaya dan mengakui kekalahannya. Arjuna dengan cepatnya mencari gajah putih. Tapi, gajah yang menjadi tunggangan putri raja itu menghilang dengan sekejap. Juwitarasa menaruh muka masam, ternyata mengetahui bahwa gajah itu hilang diambil oleh adiknya.

“Bagaimana sekarang?”  tanya Arjuna pada Juwitarasa. “Silakan tuan ikuti kami saja ke keraton!” jawab Juwitarasa. Sontak kabar siapa yang unggul sampai hingga keraton. Sang Raja merasa gembira ketika mendengar bahwa Arjuna bukan satria sembarangan. Tak lama dari sayembara itu, raja memerintahkan kepada anak buahnya untuk segera mendandani anaknya. Tapi, permaisuri Dewi Wisayi yang merupakan ibu tiri Ratna Juwita, mempunyai niat lain, mencari supaya anak kandungnya bisa terpilih oleh Arjuna menjadi istrinya. 

Permaisuri Dewi Wisayi terlebih dahulu sudah memerintahkan kepada anak buahnya untuk mendandani anak kandungnya dengan pakaian terbaik dengan segala perhiasannya, yang beranggapan anaknya akan dipilih oleh Arjuna, sedangkan Ratna Juwita dirias langsung oleh permaisuri Dewi, perlakuannya sangat buruk, mendandani Ratna dengan tidak sesuai apa yang dilihat, sampai dipotong rambut indahnya. 

Ratna Juwita tidak bisa melawan atas perlakuan buruk ibu tirinya itu, hanya bisa menangis di kamar sederhananya. Tidak lama kemudian Arjuna masuk ke kamar putri Ratna yang diiringi isak tangis. Pemandangan yang tidak enak dilihat, tapi kecantikan Ratna memang tidak bisa dihilangkan bak putri yang turun dari langit. “Kenapa putri berdandan seperti ini?” tanya Arjuna. Arjuna menghibur putri Ratna yang sedang bersedih dan merasa kasihan melihatnya, putri Ratna masih merasa penuh harapan ketika mendapat perlakuan dari ibu tirinya.

“Jangan khawatir putri Ratna,” ucap Arjuna. Arjuna berniat menolong sang putri, asalkan gajah putih yang didapat hasil sayembaranya bisa dibawa pulang sebagai syarat pernikahan saudaranya Suyudana. Putri Ratna yang tadinya gelisah dengan sekejap merasa bahagia kegirangan dan setuju atas permintaan Arjuna itu.

Tidak diragukan lagi Arjuna mengeluarkan kesaktiannya. Tiba-tiba penampilan putri Ratna yang buruk berubah menjadi cantik semula. Malah pakaiannya yang lusuh berubah menjadi gaun menawan melebihi pakaian dari anak kandung ibu tirinya.

Walaupun Arjuna memenangi pertempuran sayembara, Arjuna tidak berjanji untuk bisa menikahi putri Ratna, karena masih menunggu pernikahan saudaranya Raden Suyudana  dengan Banowati. Banowati belum ingin dinikahi karena mengetahui gajah putih yang didapat bukan hasil sayembara dari Raden Suyudana, dan Akhirnya putri Banowati memberikan persyaratan lain.

Putri Banowati ingin dinikahi asalkan resepsi siraman ingin dimandikan oleh anak bungsu yang paling tampan dari kerajaan Astina dan Mandaraka. Mendengar permintaan itu, pihak Suyudana merasa sangat kebingungan. Tapi, untungnya Dorna lebih memahami, bahwa tidak ada yang paling tampan selain Arjuna.

Maksudnya yang disebut anak bungsu paling tampan itu tidak ada pilihan lagi selain Arjuna. Akhirnya guru dari Arjuna meminta tolong pada Arjuna yang dibantu Semar untuk memenuhi keinginan Putri Banowati. Akhirnya calon raja menikahi Putri Banowati dengan bantuan Pandawa yang selama ini tidak disukai kelompok Kurawa.

Post a Comment

0 Comments